Minggu, 10 Juli 2016

Asal Usul Kota Garut



Seperti yang Iwan lakukan, begitu juga aku dan Purnomo, ceramah ayah Iwan masuk kanan keluar kiri atau sebaliknya. Tapi, dari sekian banyak ceramah yang diberikan, ada satu cerita unik yang menarik perhatianku. Cerita tentang asal-usul Kota Garut. Begitu mendengar kisah itu, aku serius menyimak ceramahnya. Menurutnya, ini adalah kisah turun temurun yang diceritakan kakek buyutnya. Sebenarnya aku tidak peduli cerita itu, hanya karangan belaka atau memang benar-benar terjadi. Tapi, kalau kulihat raut mukanya, agaknya lelaki asli orang Garut ini benar-benar serius. Mari kuceritakan ulang menurut versi ayah Iwan.
“Pada tahun 1811 waktu Endonesa dijajah urang Walanda
Seperti itu ayah Iwan membuka kisah sejarah kota Garut. Mungkin sebaiknya, cerita selanjutnya kualih bahasakan menurut versiku saja, karena kalau mengikuti versi ayah Iwan terlalu banyak bahasa Sunda yang kurang dipahami oleh non Sunda, seperti Purnomo. Sedangkan dialog para tokoh dalam kisah itu, kusampaikan seperti yang ayah Iwan ceritakan.
Ketika Kabupaten Limbangan dibubarkan dengan alasan produksi kopi dari daerah tersebut menurun hingga titik nol. Gubernur Raffles mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan kembali Kabupaten Limbangan dengan daerah Suci sebagai ibu kotanya. Tapi, keberadaan Suci untuk sebuah Kota Kabupaten, dinilai tidak memenuhi syarat, sebab daerah tersebut tidak begitu luas. Maka dibentuklah panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi Ibu Kota Kabupaten.
Pada awalnya, panitia menemukan satu wilayah sekitar 3 Km sebelah timur Suci. Akan tetapi di tempat tersebut air bersih sulit diperoleh, sehingga tidak tepat untuk menjadi sebuah Ibu Kota. Selanjutnya panitia mencari lokasi ke arah barat, sekitar 5 Km dari Suci.
Akhirnya di sana mereka menemukan tempat yang cocok. Selain tanahnya subur, tempat tersebut memiliki mata air yang mengalir ke Sungai Cimanuk, serta pemandangannya indah, karena tempat itu dikelilingi beberapa gunung; Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Talaga Bodas dan Gunung Karacak. Di sinilah asal mula nama Garut ditemukan.
Di tempat baru itu ditemukan mata air yang tertutup semak belukar berduri. Ketika sedang membabat semak belukar di sekitar mata air itu, salah seorang panitia tergores tangannya sampai berdarah. Dalam rombongan panitia, ikut pula seorang Belanda. Begitu melihat tangan berdarah, ia langsung bertanya.
"Mengapa kamu berdarah, he?"
Kakarut, mister.
Jawab panitia yang terluka itu dengan bahasa dan logat Sundanya. Dalam istilah Sunda, tergores biasa disebut kakarut.
“Oo, gagarut, he?”
Orang bule itu menirukan kata kakarut, tapi kurang fasih, sehingga huruf K menjadi G.
“No mister. KA-KA-RUT
Panitia itu membenarkan.
“Yes, GA-GA-RUT.
“KA-KA-RUT, Misteeeerrr!!!”
“Ya, GA-GA-RUT.”
“Terserah mister lah!”
Sejak saat itu, para panitia menamai tanaman berduri yang menggores salah satu pekerjanya itu dengan sebutan "Ki Garut" dan telaga yang ada di sekitarnya diberi nama "Ci Garut". Dalam bahasa Sunda “Ki” merupakan singkatan dari “ka-i” artinya kayu atau pohon, sedangkan “Ci” singkatan dari “Ca-i” artinya air. Dengan ditemukannya Ci Garut dan jenis tanaman Ki Garut, maka daerah sekitar itu dikenal dengan nama Garut. Begitulah ceritanya.
Kami pun manggut-manggut. Purnomo baru mengerti cerita itu setelah kualih bahasakan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan.
* * *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar